Kiṃsīla Sutta 328 (1)

05 Aug 2019

No.32/I/Agt/2019

328) Setelah menanggalkan keangkuhannya, dengan sikap yang santun, seseorang pergi ke hadapan para guru pada waktu yang tepat. Seseorang hendaknya mengingat dan mempraktikkan makna, Dhamma, pengendalian diri dan kehidupan suci.

Makna yang disampaikan di sini berkaitan dengan mengerti waktu yang tepat untuk melihat guru-gurunya—maksudnya adalah seseorang mengerti waktu yang baik untuk menghilangkan nafsu dan kotoran batin lainnya yang sedang muncul. Saat seseorang sedang dikuasai oleh kilesa dan tidak tahu cara untuk melenyapkan maka saat seperti itu adalah saat yang tepat untuk datang kepada guru dan menanyakan cara untuk melenyapkannya.

Di dalam kitab juga dijelaskan sebaiknya kita tidak dengan sesuka hati mendekati guru untuk mengajukan pertanyaan. Ada waktu-waktu tertentu yang dinyatakan tidak tepat seperti:

a. Bertemu dengan guru dan mengajukan pertanyaan di tengah jalan. Seandainya terjadi demikian maka bhikkhu tersebut bisa saja pergi tanpa menjawab dan apa yang beliau lakukan adalah sesuai dengan Vinaya. Jadi, seandainya saya sedang berjalan-jalan lalu kemudian Anda datang dan tiba-tiba bertanya ini dan itu maka saya diperbolehkan untuk diam saja dan tetap berjalan tanpa menjawab pertanyaan Anda. Bukan karena kami tidak sopan tetapi semata-mata karena saya ingin menghormati Dhamma. Dhamma harus ditanyakan di momen yang tepat dan di tempat yang tepat.

b. Menghadap saat beliau sedang melakukan puja penghormatan di cetiya di tempat pemujaan. Atau ketika beliau sedang berada di pelataran pohon Bodhi untuk melakukan perenungan.

c. Menghadap saat beliau sedang pergi mengumpulkan derma makanan atau piṇḍapāta.

Bertanyalah hanya ketika beliau sedang berada di dalam kediamannya, di dalam kuṭi atau wihara, saat beliau sedang duduk di tempat duduknya atau Anda boleh menghadap guru untuk mengajukan pertanyaan tentang teknik meditasi dan lain-lainnya hanya setelah memastikan bahwa kedamaian beliau tidak terganggu.

Bersambung…

Sumber: Ashin Kheminda, Buku Kompilasi Ceramah tentang SUTTANTA, Dhammavihārī Buddhist Studies, Jakarta, 2019. Hlm 119-122.