Yulia Suanda

21 Mar 2017

Pabbajjā – The Most Beautiful Journey in My Life

Dengan bimbingan Ashin Kheminda, saya mengikuti Pabbajja ke-2 Dhammavihari Budhist Studies, yang dilaksanakan di Chan Forest, Mega Mendung, 22 Desember 2016 hingga 2 Januari 2017.

Baru kali ini saya merasakan perjalanan paling indah. Perjalanan menuju ke dalam batin dengan mengamati tubuh di dalam tubuh. Awalnya tidaklah mudah, seperti sapi yang diikat, pikiran saya terus-menerus berontak dan mengembara ke sana-sini.

Let Go : kosongkan perahu, tinggalkan beban. Tidak ada saat yang lebih indah selain di saat ini. Tidak di masa lalu, tidak pula di masa depan. Di perjalanan menuju ke dalam batin ini membuktikan bahwa “Hanya ada satu musuh terbesar manusia, tidak ada dua, tidak ada tiga. Musuh terbesar manusia adalah kekotoran batinnya sendiri”

Kalimat-kalimat inspirasi di atas merupakan sebagian kecil dari Dhamma Talk yang disampaikan untuk mendukung praktek meditasi Anapanasati oleh Guru kami, Ashin Kheminda.

Sungguh pengalaman yang banyak mengubah cara pandang saya terhadap kehidupan. Saya telah menyadari bahwa saya begitu reaktif terhadap segala hal yang saya terima lewat panca indra ini melalui : hasrat indrawi (kamachanda), pikiran jahat (byapada), kemalasan dan kelambanan (thinā dan middha), kegelisahan dan penyesalan (uddhacca dan kukkucca) serta keragu-raguan (vicikicchā).

Satu resolusi saya di tahun 2017 ini : menjadi manusia yang lebih berkualitas batinnya, yang dipenuhi bunga-bunga cinta kasih (mettā), belas kasihan (karunā), kegembiraan apresiatif (muditā) dan keseimbangan batin (uppekkhā). Serta berjanji untuk lebih sabar, tidak lagi reaktif terhadap segala hal yang diterima melalui panca indra saya.

Saya akan terus menjadikan meditasi sebagai bagian dari kebiasaan keseharian. Semoga sekeliling saya bisa merasakan perubahan positif dari perubahan sikap mental saya ini.

The present moment – the beautiful moment. Sādhu sādhu sādhu

Posting Serupa